A. Definisi
Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
Karsinoma nasofaring merupakan kanker ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel squamosa.
Kanker ganas nasofaring ( karsinoma nasofaring )adalah sejenis kanker yang dapat m enyerang dan membahayakan jaringan yang sehat dan bagian-bagian organ di tubuh kita. Nasofaring mengandung beberapa tipe jaringan, dan setiap jaringan mengandung beberapa tipe sel. Dan kanker ini dapat berkembang pada tipe sel yang berbeda.Dengan mengetahui tipe sel yang berbeda merupakan hal yang penting karena hal tersebut dapat menentukan tingkat seriusnya jenis kanker dan tipe terapi yang akan digunakan.
B.Etiologi
Karsinoma nasofaring disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang penyebab pastinya belum jelas, akan tetapi dalam beberape literature disebutkan bahwa faktor yang menyebabkan karsinoma nasofaring yaitu Epstein-Barr Virus ( EBV ). Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita karsinoma nasofaring. Kaitan antara virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal disanatanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
C.Faktor Resiko
Mediator dibawah ini dianggap berpengaruh terhadap timbulnya karsinoma nasofaring, yaitu:
a.Ikan asin, makanan yang diawetkan, dan nitrosamin.
b.Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan, dan kebiasaan hidup.
c.Sering kontak dengan zat-zat yang dianggap karsinogen. Seperti : benzopyrenen, benzoanthracene, gas kimia, asap industri, asap kayu.
d.Ras dan keturunan, tentang faktor genetik telah banyak ditemukan kasus herediter atau familier dari pasien dengan karsinoma nasofaring dengan organ tubuh lain.
e.Radang kronis di daerah nasofaring.
f.Penggunaan tembakau, adalah salah satu faktor resiko terbesar kanker pada head and neck, 85% kanker di head and neck disebabkan karena faktor ini.
g.Alcohol, konsumsi yang sering dan tinggi adalah faktor resiko kanker pada head and neck.
h.Jenis kelamin, laki-laki lebih berpotensi menderita penyakit ini 2 kali lipat dibandingkan dengan wanita.
i.Usia, karsinoma nasofaring lebih sering menyerang seseorang yang berusia lebih dari 30 tahun.
D.Patofisiologi
Terbukti juga infeksi virus Epstein-Barr dapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita karsinoma nasofaring. Pada penderita ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi yang mempetahankan kelangsungan hidup virus di dalam sel host. Protein laten ini dapat digunakan sebagai pertanda ( marker ) dalam mendiagnosa karsinoma nasofaring, yaitu EBNA-1 dan LMP-1, LMP_2A dan LMP-2B. Hal ini dibuktikandengan ditemukannya pada 50% serum penderita karsinoma nasofaring LMP-1 sedangkan EBNA-1 dijumpai di dalam serum semua penderita kanker nasofaring. Selain itu dibuktikan oleh hasil penelitian Khrisna dkk ( 2004 ) dalam Rusdiana ( 2006 ) terhadap suku indian asli bahwaEBV DNA di dalam serum penderita dapat digunakan sebagai biomarker pada karsinoma nasifaring primer.
Hubungan antara karsinoma nasofaring dengan virus Epstein-Barr juga dinyatakan oleh berbagai peneliti dari bagian yang berbeda di dunia ini. Pada pasien karsinoma nasofaring dijumpai peninggian titer antibodi anti EBV ( EBNA-1 ) di dalam serum plasma. EBNA-1 adalah protein nuklear yang berperan dalam mempertahankan genom virus. Huang dalam penelitiannya, mengemukakan keberadaan EBV DNA dan EBNA-1 di dalam sel penderita karsinoma nasofaring.
E.Stadium Kanker Nasofaring
Terdapat 5 stadium pada karsinoma nasofaring, yaitu :
a.Stadium 0 : Sel-sel kanker masih beradampada batas nasofaring, biasa disebut nasofaring in situ.
b.Stadium I : Sel kanker menyebar di bagian nasofaring.
c.Stadium II : Sel kanker sudah mnyebar pada lebih dari nasofaring ke rongga hidung Atau dapat pula sudah menyebar ke kelanjar getah bening pada salah satu sisi leher.
d.Stadium III : Sel kanker sudah mnyerang ke semua kelenjar getah bening pada kedua sisi leher.
e.Stadium IV : Sel kanker sudah menyebar di saraf dan sekitar wajah. Konsumsi ikan asin yang berlebihan dan paparan zat-zat karsinogen dapat mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV ). Ini akan mngekibatkan terjadinya stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten ( EBNA-1 ). Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, salam hal ini terutama pada fossa Rossenmuller.
F.Gejala
Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit rongga mulut menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun, biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
1.Di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran berkurang.
2.Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-menerus, kemudian pilek.
Pada kondisi akut menunjukkan gejala sebagai berikut.
1.Kelenjar getah bening pada leher membesar.
2.Mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol keluar
3.Sering timbul nyeri dan sakit kepala.
G.Pemeriksaan
Pemeriksan adanya kanker nasofaring dapat dilakukan dengan CT Scan, rhinoskopi anterior dan posterior, nasofaringoskopi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi. Karena itu, jika ada keluhan pada telinga dan hidung di satu sisi yang tidak kunjung sembuh harus segera diperiksakan ke dokter THT. Dengan tindakan yang cepat dan ditemukannya kanker pada stadium dini, kemungkinan untuk sembuh semakin besar.
H.Pencegahan
1.Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta usahakan agar pergantian udara (sirkulasi udara) lancar.
2.Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap industry, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang dapat mengaktifkan virus Epstein bar.
3.Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas, atau makanan yang merangsang selaput lendir.
I.Penatalaksanaan
- Radioterapi
Jenis radioterapi:
a.Radiasi eksternal
Radiasi jenis ini bisa menghancurkan hampir semua jenis kanker dan bisa dijalani oleh pasien rawat jalan (tidak perlu opname). Juga bisa digunakan untuk menghilangkan nyeri dan gangguan lain yang lazim dialami oleh penderita kanker yang sudah metastase (menyebar).
Kadang diberikan bersamaan dengan operasi/pembedahan, yaitu kalau kankernya belum menyebar tetapi tidak bisa diangkat seluruhnya, atau dikhawatirkan akan tumbuh lagi di sekitarnya. Tindakan dilakukan setelah jaringan utama kanker diangkat, sebelum luka bedah ditutup kembali lokasi bekas kanker diradiasi. Cara yang disebut intraoperative radiation therapy (IORT) ini terutama digunakan pada kanker thyroid, usus, pankreas, dan rahim (termasuk indung telur, leher rahim, mulut rahim, dan sekitarnya).
Terapi radiasi eksternal tidak membuat penderita menjadi radioaktif (memancarkan radiasi ke sekitarnya). Jadi tidak berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya.
b.Radiasi internal (brachyterapy)
Sumber radiasi berupa susuk/implant berbentuk seperti kabel, pita, kapsul, kateter, atau butiran kecil berisi isotop radioaktif iodine, strontium 89, fosfor, palladium, cesium, iridium, fosfat, atau cobalt, yang ditanamkan tepat di jaringan kanker atau di dekatnya. Cara ini lebih efektif membunuh sel kanker sekaligus memperkecil kerusakan jaringan sehat di sekitar sasaran radiasi.
Radiasi internal sering digunakan untuk mengobati kanker di daerah kepala dan leher, thyroid, prostat, leher rahim, kandungan, payudara, sekitar selangkangan, dan di saluran kencing.
c.Radiasi sistemik
Pada radiasi sistemik, bahan radioaktif sebagai sumber radiasi ditelan seperti obat atau disuntikkan, yang kemudian mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Radiasi ini digunakan untuk mengobati kanker thyroid dan non-Hodgkin’s lymphoma.
Sisa-sisa bahan radioaktif yang tak terpakai keluar dari tubuh melalui air liur, keringat, dan air kencing. Dalam kurun waktu tertentu cairan ini bersifat radioaktif, tetapi sesudahnya tidak lagi. Itu sebabnya penderita yang menjalani radiasi sistemik perlu menjalani rawat inap.
Efek samping radioterapi
Efek samping terapi radiasi tidak selalu muncul, tetapi ada yang mengalaminya, menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan kadang cukup parah. Ada yang merasakan beberapa hari/minggu sejak terapi dimulai (dan menghilang beberapa waktu setelah radiasi dihentikan), ada juga yang efek sampingnya baru muncul beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Yang begini biasanya bersifat kronik/permanen.
Efek samping radioterapi yang paling umum adalah rasa lemah tak bertenaga, yang biasanya muncul beberapa minggu setelah radioterapi dimulai. Banyak yang menjadi penyebabnya. Bisa karena kurang darah, stres, kurang tidur, nyeri, kurang nafsu makan, atau capai karena setiap hari harus ke rumah sakit. Juga, selama radiasi tubuh membutuhkan banyak energi untuk memulihkan sel-sel sehat yang rusak. Setelah terapi dihentikan, efek ini lambat laun menghilang.
Efek samping lain yang umum terjadi adalah perubahan kulit pada area yang diterapi. Setelah beberapa kali biasanya kulit tampak merah, gosong, lama-kelamaan mengering dan gatal. Tetapi ada juga yang sebaliknya: kulit menjadi lembab, basah, dan mengalami iritasi/lecet, terutama di lipatan-lipatan tubuh. Radioterapi juga dapat mengakibatkan kerontokan rambut, gigi mudah keropos, perut mulas, mual, maupun diare.
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring karen karsinoma nasofaring bersifat radioresponsif. Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
- Kemoterapi
- Operasi
- Imunoterapi
Terima kasih mas informasinya sangat bermanfaat sekali .
BalasHapusoya kemaren baca2 dsini juga http://www.tanyadok.com/kesehatan/kanker-nasofaring-kenali-hindari-dan-obati lumayan cukup lengkap...